Rabu, 23 Maret 2011

Upacara Minum Teh di Jepang

Budaya minum teh pertama kali dipelopori oleh bangsa China sejak tahun 3000 SM yang selanjutnya diikuti oleh bangsa Jepang pada tahun 1192 M. Pada awalnya warga China hanya mengetahui khasiat teh sebatas untuk menetralisir kadar lemak dalam darah, melancarkan air seni, dan mencegah diare. Masyarakat Jepang sendiri meyakini bahwa teh dapat mengembalikan kebugaran tubuh yang hilang setelah melakukan meditasi selama berjam jam. Lama kelamaan khasiat teh bagi kesehatan makin dikenal oleh negara-negara lainnya sehingga ritual minum teh pun makin meluas

 tea set
 
Sepanjang tahun terdapat beberapa jenis upacara minum teh (tea ceremony) di Jepang dan memiliki nama tersendiri menurut waktu dan musim saat penyelenggaraannya. Berikut jenis-jenis upacara minum teh di Jepang:

Hatsugama 
Hatsugama adalah upacara minum teh pertama yang dilaksanakan adalah pada bulan Januari. Hatsugama artinya adalah "teko pertama". Inilah satu-satunya kesempatan untuk seorang guru (yang mengajarkan mengenai tatacara minum teh di Jepang) mempersiapkan teh dan jamuan makan untuk murid-muridnya. Biasanya sang guru hanya akan memberikan panduan kepada murid-muridnya, makanya saat tersebut merupakan peristiwa yang unik bagi murid dan sang guru sebagai tuan rumah.

Akatsuki-no-chaji
Upacara minum teh ini diselenggarakan pada saat pagi-pagi sekali di musim dingin agar dapat menikmati fajar di ruang minum teh. Hal ini merupakan pengalaman yang luar biasa bagi yang mengikutinya karena dapat menikmati teh sambil menyambut datangnya sinar matahari masuk ke dalam ruangan melalui jendela kecil, sehingga ruangan lambat laun akan terang dan peralatan akan tampak karena sebelumnya hanya menggunakan penerangan dari cahaya lilin.

Yuuzari-no-chaji
Uacara minum teh ini dilakukan pada bulan-bulan yang lebih hangat daripada musim dingin.


Asa-cha
Upacara minum teh ini dilakukan pada saat pagi yang sejuk di musim panas. Upacara minum teh, atau sekedar keiko (latihan bagi murid untuk menyajikan teh) di musim panas begitu sulit dijalani, sebab arang di anglo dan teh yang disajikan benar-benar tidak dapat membantu menghindari rasa panas di Jepang saat musim itu berlangsung.

Shoburo
Upacara shoburo merupakan perayaan tahun baru teh dengan menggunakan pertama kali alat furo (anglo/tungku portabel). Kalau dalam kalender Masehi, perayaan ini diselenggarakan sekitar bulan Mei. Orang Jepang sangat suka melakukan segala sesuatunya dengan perayaan resmi melalui kata sambutan (speech) maupun isyarat melalui gerak tubuh (gestures), sehingga ada pengaruhnya juga terhadap upacara minum teh.


Shougo-no-chaji
Upacara ini merupakan penyelenggaraan minum teh yang dilakukan saat tepat siang hari (tengah hari).

Kuchikiri-no-chaji
Daun teh yang dipanen pada saat musim semi disimpan di dalam guci dan diletakkan di tempat yang sejuk. Sekarang ini mungkin penyimpanan tersebut berada di ruangan khusus sekitar rumah teh atau di basement rumah. Namun dahulunya, guci tempat menyimpan daun teh yang baru dipanen diletakkan di dalam tanah atau gunung agar tetap terjaga kesejukannya. Kira-kira tangal 7 atau 8 November, musim perayaan minum teh dimulai dan ro digunakan pertama kali sebagai tanda masuknya musim dingin. Pada saat ini, untuk merayakan permulaan awal musim, segel guci yang berisi teh yang dipetik pada musim semi akan dibuka, sehingga teh baru dan segar segera dapat digunakan pertama kali. membuka segel guci ini disebut kuchikiri. Hal ini berlangsung disertai dengan upacara minum teh lengkap dengan sajian makanan kiocha dan usucha yang disebut chagi.
Pada tahun baru teh tersebut, pagar dan pancuran yang terbuat dari bambu diperbaharui, tikar tatami diganti dan shoji (pintu geser) diganti kertasnya dengan yang baru. Pada saat upacara minum teh pada musim ini (chaji), dilakukan pula kuchikiri dan kairo (membuka perapian/tungku) ketika siang hari dan dilanjutkan dengan santapan (kaiseki), teh kental dan teh encer yang berlangsung sekitar 4 jam. Upacara ro shogo no chaji ini merupakan pelaksanaan upacara minum teh yang paling resmi dan juga sebagai format dasar penyelenggaraan upacara minum teh di jepang
chagi

Nagori-no-chaji
Pada bulan Oktober, saat akan berakhirnya musim gugur, ketika hanya ada sedikit teh yang tersisa di guci setelah dibuka saat upacara kuchikiri, ada perasaan sedih, seakan-akan terpisah nagori dengan teh yang ada di dalam guci tersebut. Hal ini juga menjadi tanda saat alam mulai berganti musim, yang menandakan melepas yang lama dan menyambut yang baru.

Yobanashi
Upacara ini merupakan upacara minum teh yang diselenggarakan pada malam hari yang juga menyertai upacara kuchikiri dan sebagai perayaaan malam musim dingin. Yobanashi dilakukan dalam ruangan minum teh yang hanya diterangi oleh cahaya lilin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar